'Belum Rejeki' dan Keikhlasan

Ikhlas adalah pelajaran yang paling mahal. Belajarnya seumur hidup, ujiannya bisa kapan saja dan di mana saja. 

Ketika kehilangan sesuatu, kadang begitu sulit untuk mengikhlaskan. Misalnya beberapa bulan yang lalu, saya beli alat elektronik second via online. Pas produknya sampai rumah, ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertulis di website. Saya lalu komplain ke si penjual, dan dengan baik hati si penjual berniat mengembalikan sebagian uang saya sebagai kompensasinya (50 euro). Akan tetapi, setelah berhari-hari saya teror, si penjual tidak mengembalikan uang saya. Sudahlah, ikhlaskan. Meskipun dalam hati masih ada yang ganjel.

Pernah juga gara-gara lupa ngecek email, saya dikena denda 84 euro, sampai-sampai harus berhubungan dengan pengacara. Saya dianggap lalai melaksanakan kewajiban pembayaran. Walhasil, saya didenda. Padahal, waktu itu saya tidak lagi di Jerman, saya ada di Arab yang notabenenya agak susah buat cek email tiap hari. Tetapi lagi-lagi saya mencoba ikhlas.

Bukan cuma masalah uang. Mungkin keikhlasan juga terkait dengan kesempatan. Saya pernah dapat kesempatan buat magang di UK. Tetapi karena saya penerima beasiswa dan tidak punya sumber pendapatan lain, saya tidak bisa dapat permit buat bisa magang di sana. Padahal, perusahaan yang merekrut saya cukup besar dan bonafit. Sudahlah, lagi-lagi ujian ikhlas.

Kalau cerita seputar penolakan lamaran magang, itu sudah puluhan kali. Memang, mencari tempat magang di Jerman agak susah. Terlebih saya yang tidak bisa berbahasa Jerman fasih. Tetapi, itulah yang namanya ikhlas, terdapat rahasia Tuhan di dalamnya. Saat ini saya diterima kerja di Perusahaan Jerman sebagai Marketing and Sales Person. Bersyukur sekali. Terlebih di saat keuangan dari beasiswa mulai macet. Sekali lagi, Tuhan tidak pernah salah dalam menulis cerita hidup kita.

Hari ini saya dikasih pelajaran ikhlas edisi terbaru. Belum bisa ke Mesir tahun ini...

Belum rejeki, but I do believe strongly that someday, I will be there...

Arnstadt, 16-03-2016