Masih adakah Media yang Bisa Dipercaya ?
http://www.daengfaiz.com/2014/10/masih-adakah-media-yang-bisa-dipercaya.html
media informasi di Indonesia |
Kebangkitan media membawa sejumlah perubahan di Indonesia. Entah, perubahan ke arah yang lebih baik atau justru menjerumuskan ke arah yang lebih buruk. Waktu saya kecil, media informasi yang menyajikan berita aktual memang sangat terbatas. Channel di TV cuma ada tiga, TVRI, RCTI dan SCTV. Media cetak masih sangat terbatas, terlebih saya tinggal di daerah timur Indonesia.
Masih adakah Media yang bisa Dipercaya ?
Kemajuan media hari ini memang patut disyukuri. Betapa tidak, kita dengan mudahnya mencari informasi melalui televisi (sekarang mungkin ada kurang lebih 20 stasiun televisi nasional) atau melalui internet hanya dengan sekali klik. Akses informasi yang benar-benar tanpa batas. Kehadiran social media pun, seperti facebook, twitter, juga menawarkan cara baru dalam mengkonsumsi berita sehari-hari.Yah, berita tersebar begitu cepat, lintas kota, lintas provinsi, lintas negara, bahkan lintas benua.
Namun, perkembangan media tidak serta-merta membawa pengaruh positif. Beberapa media menyalahgunakan haknya dengan menyebarkan berita yang tidak akurat atau terkadang punya tujuan tertentu. Padahal, media seharusnya bijak di garis tak berpihak, netral dalam menyampaikan informasi.
Sebut saja media televisi, berapa banyak stasiun televisi yang dibelakangnya terdapat tokoh politik? Sampai-sampai hasil quick count pilpres yang biasanya serempak, kali ini malah berbeda. Aneh.
Tidak hanya media televisi, media online pun begitu. Entah, kenetralan mereka telah dibeli oleh para politisi atau mereka khilaf ketika menyampaikan informasi? Media online saling memprovokasi, dampaknya masyarakat Indonesia bingung. Tak jarang, terjadi perdebatan panjang tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Terlebih masyarakat awam yang hanya bisa jadi penonton dan tersugesti dengan narasi berita yang sungguh sangat pandai memberi aba-aba.
Secara tidak sadar, kita terlanjur percaya sama media. Kita bahkan tak jarang "share" link berita media online yang kredibilitasnya dipertanyakan. Walhasil, Informasi yang tersebar semakin liar tak berarah.
"Saya sempat berpikir, mungkin lebih baik kita kembali ke zaman dulu, dimana stasiun televisi hanya ada tiga, tetapi informasinya bisa dipercaya".
Lalu, ini salah siapa?
Tidak ada yang salah dalam kemajuan ini. Kita memang harus maju menjadi lebih baik, hanya saja sebagai masyarakat umum, sudah selayaknya kita cermat dalam mengkonsumsi berita. Jangan dengan mudah percaya sebuah berita yang diperoleh dari media, termasuk berita dari televisi. Masih ingatkan, kasus pesawat Adam Air yang hilang, waktu itu semua stasiun televisi mengabarkan bahwa pesawat Adam Air telah ditemukan di daerah perairan Mamasa, Sulawesi Selatan. Namun, faktanya berita yang disampaikan di televisi itu salah dan sampai hari ini pesawat Adam Air belum ditemukan.
Saran berikutnya, jangan mudah melakukan share berita di social media. Apalagi tau sendiri, beberapa media sudah tidak netral, sudah terkotori dengan politik. Kasihan rekan-rekan anda di social media, yang harus mengkonsumsi berita-berita yang anda sebar, yang notabenenya kebenarannya masih dipertanyakan.
Kalo penasaran akan kebenarannya, kroscek langsung ke narasumber-nya. Misalnya, kemarin ada berita tentang "Beyonce yang mengupload potongan ayat Al-Qur'an". Kan, bisa langsung cek di akun instagram Beyonce, apa benar? atau jika sulit mengakses langsung dari narasumber-nya , mungkin melakukan kroscek di media-media milik pemerintah seperti TVRI atau RRI bisa jadi alternatif. Cara lain, bisa juga dengan mengakses situs-situs resmi milik pemerintah.
Akhir kata, saya mengajak rekan-rekan semua untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi dan menyebarluaskan berita.